Gn. Sindoro via kledung, jawa tengah

Assalamu'alaikum teman-teman

Hola sobat juri,
Setelah sekian lama tidak posting, hari ini saya akan menceritakan pengalaman ke Gn Sindoro.

Sebelumnya saya akan menceritakan sedikit tentang Gn Sindoro. Gn Sindoro merupakan gunung vulkano aktif yg berada dijawa tengah yg tinggi puncaknya 3153mdpl.  Gn sindoro sering disebut sebagai Gn kembar karena keberadaannya dekat dengan Gn sumbing yang menjadikannya terlihat mirip atau kembar. Terdapat 4 pos sebelum menuju puncak Gn Sindoro.
Pos Pertama berupa bebatuan dan area pertanian penduduk. menuju pos 1 watu gede membutuhkan waktu sekitar 45 menit namum sudah banyak jasa ojek yang tersedia menuju pos 1.
kemudian perjalanan Pos Kedua dilanjutkan dengan track jalan mendatar berupa tanah padat berpasir dengan sedikit bebatuan kecil yang kelamaan akan menanjak namun tergolong masih belum terlalu berat. kemudian sekitar 2 jam perjalanan akan sampai di pos 2 di ketinggian 2.120 mdpl.
Selanjutnya perjalanan ke Pos 3 yang merupakan pos terakhir atau pos camp. Track menanjak berupa tanah padat dan pepohonan, mendekati pos 3, jalur semakin menanjak dengan track bebatuan besar. setelah berjalan 3 jam akan tiba di pos 3 dengan ketinggian 2.530 mdpl. disini biasanya para pendaki membangun tenda untuk melanjutkan  summit esok hari.
Sebelum menuju puncak, para pendaki melewati hutan lamtoro yang cukup panjang. Sekitar 2 jam pendaki akan tiba di pos 4 yaitu Batu Tatah. Dimana terdapat padang edelwais yang merupakan bonus bagi para pendaki sebelum menuju puncak atau bibir kawah Gn Sindoro.



Terlepas dari keindahannya Gn sindoro memiliki banyak cerita mistis. Sama seperti gunung lainnya yang memiliki penghuni atau penjaga. Namun istimewanya ,penjaga Gn sindoro adalah jin baik dan para bidadari. Tata krama dan sopan santun memang harus benar-benar diperhatikan saat mendaki Gn Sindoro. Jangankan berkata kotor, melamun pun bisa membuat pendaki tersesat di hutan Sindoro. Selain itu, menurut penuturan warga desa Kledung, sering terlihat kabut yang disebut ‘pedhut’ sering menyelimuti Sindoro. Ada dua jenis, yaitu yang berwarna hitam dan putih. Kabut putih sendiri sering terlihat, sedangkan yang hitam lebih sering terlihat di kawasan puncak, inilah yang sering membuat para pendaki tersesat.

Setelah sedikit cerita tentang Gn Sindoro tadi, saya akan melanjutkan jurnal ekspedisi ke Gn Sindoro yang menurut saya sedikit menakutkan. Berawal dari jakarta saya bersama adik saya dan 2 temannya menuju basecamp Kledung. Dari jakarta kami naik bus Damri menuju desa temanggung kemudian dilanjutkan dengan angkot Elf menuju basecamp desa kledung. Setelah melewati perjalanan yang panjang kami sampai dibasecamp kledung sekitar pukul 2 siang. Sampai dibasecamp kami mempersiapkan peralatan mendaki dan simaksi ke petugas. Saat semua keperluan siap, kami mulai mendaki pada pukul 3 sore. Walaupun hari sudah mulai sore kami tetap melanjutkan pendakian tsb. Untuk Menuju pos 1 sudah banyak tersedia jasa ojek, tetapi untuk menuju Pos 1 kami memilih berjalan kaki. Perjalanan menuju pos 1 begitu menyenangkan karena melihat rumah² dan pertanian penduduk. Track yang dilalui menuju pos 1 berupa aspal bebatuan dan sedikit menanjak. Sekitar 45 menit kami berjalan, sampailah di pos 1. Kami beristirahat sejenak untuk mengisi tenaga melanjuti perjalanan menuju pos 2. Perjalanan menuju pos 2 mulai menanjak dan track yang dilalui berbatu dan sedikit berpasir. Karena kurang berhati-hati kaki adik saya pun tergelincir sehingga perjalanan kami mulai melambat. Hari semakin larut dan matahari perlahan tenggelam, kami sepakat untuk berpisah dan bertemu kembali dipos 2. Saya dan satu teman lelaki berjalan didepan menuju pos 2 untuk membuka tenda dengan fikiran saat adik saya sampai pos 2 ia bisa segera beristirahat didalam tenda.

Setelah berpisah dan berjalan cukup lama anehnya saya tidak melihat adanya pos 2. Karena mulai merasa ganjil saya berjalan dengan lambat dan sampai pada akhirnya saya bertemu pendaki lain dan bertanya "pos dua dimana bang?" dan diapun menjawab "wah pos 2 udah lewat jauh mbak, ini udah mau ke pos 3". Mendengar jawaban abang tadi, dalem hati ga yakin "masa sih udah pos 3 kapan lewatin pos 2nya". Reflek cek hp ternyata ga dapet sinyal, saya mencoba manggil adek saya dengan suara berteriak tapi tidak ada jawaban. Karna kondisi sudah mau magrib akhirnya saya memutuskan untuk menungu ade saya dijalur pendakian menuju pos 3. Adzan magrib mulai terdengar bersautan dan suara² binatang malampun sudah berminculan. Kemudian datanglah perasaan² aneh dan ganjil. Awalnya berfikir hanya perasaan yang penakut, tapi ternyata temen saya pun merasakan hal yg sama. Karna kita hanya berdua dijalur, yang anehnya gada pendaki lain yang lewat kita coba untuk memberanikan diri dan ngobrol² santai agar suasanya tidak semakin mencekam.
Sekian lama berhasil menenangkan diri tiba² terdengarlah suara² aneh yg bikin bulu kuduk kita berdua merinding lagi. Mulanya cuma suara burung, tapi samar-samar sayapun mendengar suara wanita tertawa. Disitu masih berfikir klo itu cuma halusinasi karna takut, tapi puncaknya kita berdua mendengar suara mbak kunti tertawa kencang dikuping. Parah sih, disitu rasa²nya  kaya mau lari tapi gabisa, kita cuma bisa pegang tangan dan saling tatap. Setelah bergelut dengan ketakutan² akhirnya suara adik saya pun terdengar memanggil nama saya yang membuat hati dan jiwa kita berdua tenang. Saat bertemu kembali kami memutuskan untuk berjalan bersama. Disepanjang perjalanan menuju pos 3 kita berdua tidak menceritakan hal² aneh yang di alami, karena khawatir adik saya takut dan tidak tidur selama ditenda. Tak terasa perjalanan yang panjang akhirnya kamipun sampai dipos 3 dan mendirikan tenda pukul 9 malam. Saat sudah cukup makan kami pun tertidur pulas untuk melanjutkan pendakian pukul 4 pagi menuju puncak.
Selama perjalan menuju puncak kami sangat senang karena disuguhi oleh pemandangan yang indah dari view gunung sumbing dan bunga2 edelwais yang menawan. Puas dengan keindahan puncaknya kami berkemas dan bergegas turun pada pukul 11 siang karna mengingat tumpukan pekerjaan yg harus diselesaikan saat kembali.

Itulah sedikit pengalaman di Gn Sindoro yang bisa saya ceritakan, semoga dapat menginspirasi kalian untuk menjelajah alam dan mencintainya.
Kemudian jangan lupa untuk tetap selalu menjaga kebersihan dan peraturan yang ada disetiap tempat yang kita datangi. Dan jangan lupa juga untuk tetap membaca jurnal ekspedisi amatiran ini.

Jangan ambil apapun selain foto.
Jangan tinggalkan apapun selain kenangan.
dan jangan lupa setelah membaca tinggalkan like dan komennya.









See u,
Gracias por leer nuestro diario :)
terima kasih telah membaca jurnal ini :)

(mt.sindoro, april 2017)

Komentar

  1. Disini lu banyak nulis . Siapa tau bisa jadi penulis hebat ta

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw cuma iseng ngisi kegabutan, masih banyak belajar

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gn. Merbabu 3145mdpl via Suwanting lintas Selo (Part 1)

"Sebulan di Kampung Inggris Pare? ngapain aja?"

Gn. Merbabu 3145mdpl via Suwanting lintas Selo (Part 2 pulang)