Gn. Sumbing via Garung, Jawa Tengah
Assalamu'alaikum temen-temen.
Hola sobat juri, Pie kabare? apek-apek bae toh?
Karna jurnal ekspedisi kemarin Gn. Sindoro, kali ini saya akan membahas kembarannya.
Seperti biasa, sebelum menjurnal saya akan menceritakan sedikit Tentang Gn Sumbing.
Gn. Sumbing dan Gn. Sindoro letaknya saling berhadapan, Tinggi serta Kondisi alam gunung tersebut pun hampir sama sehingga masyarakat menyebutnya sebagai gunung kembar. Namun bagi para pendaki, Gn. Sumbing treknya lebih berat daripada Gn. Sindoro dikarenakan kemiringannya yang terjal dan rutenya lebih panjang. Gn. Sumbing merupakan Gn. Api yang terdapat di Jawa Tengah, gunung tertinggi ke tiga setelah Gn. Semeru dan Gn. Slamet dengan ketinggian puncak 3371 mdpl. Secara administratif Gn. sumbing terletak pada tiga wilayah kabupaten, yaitu Magelang, Temanggung dan Wonosobo. Terdapat beberapa jalur untuk menuju puncak Gn. Sumbing antara lain :
1. Jalur via Garung
2. Jalur via Bowongso
3. Jalur via Cepit
4. Jalur via Lamuk
5. Jalur via Banaran
6. Jalur via Butuh Kaliangkrik
7. Jalur via Mangli Kaliangkrik
dari semua jalur pendakian, jalur via Garung lah yang menjadi favorit bagi para pendaki. Gn. Sumbing memiliki dua puncak yaitu Puncak Buntu (Sumbing) dan puncak Sejati (Rajawali).
Estimasi ekspedisi puncak Sumbing via Garung :
Basecamp - Pos 1 Malim : 15 menit ojek / 3 jam jalan kaki.
Pos 1 Malim - Pos 2 Getakan : 3 jam
Pos 2 Getakan - Pestan : 20 menit
Pestan - Pasar Watu : 1,5 jam
Pasar Watu - Watu Kotak : 3 jam
Watu Kotak - Puncak : 1 jam
*naik ojek bayar 25.000 - 35.000
Transportasi dari Jakarta - Basecamp Garung :
Bus + Elf :
Jakarta - Wonosobo : 85.000 - 110.000
Wonosobo - Basecamp Garung : 15.000 - 25.000
Kereta + Elf/Sewa Mobil :
Jakarta - Jogja : 74.000 - 140.000
Jogja - Basecamp : 50.000 - 70.000
Setelah saya ceritakan sedikit tentang Gn. Sumbing beserta Estimasi Perjalanan dan Transportasinya, sekarang saya akan menceritakan jurnal ekspedisi saya menuju Puncak Gn. Sumbing 3371 mdpl.
Saya bersama lima teman saya yaitu emma, rei, dili, enggar dan rudi melakukan perjalanan dari Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2018. Kami berkumpul di terminal bus Damri kemayoran untuk menuju terminal bus Wonosobo pukul 18:00 wib. Lebih dari 15 jam perjalanan akhirnya kami sampai di terminal bus Wonosobo (Mendolo) dan kemudian dilanjutkan dengan naik mobil elf menuju basecamp Garung. Sekitar pukul 6 sore kami baru sampai di basecamp Garung karena perjalanan terhambat oleh upacara bendera pada tgl 17 agustus. Sesampainya di basecamp kami segera daftar simaksi seharga 15.000. Sebelum pendakian, kami singah diwarung untuk mengisi tenaga dan cek kembali peralatan sekiranya ada yang kurang. Karena kami tidak punya banyak waktu, jadilah kami melakukan pendakian pada malam hari yaitu pada pukul 19:00 wib setelah solat isya.
Untuk menghemat tenaga dan waktu, kami sepakat untuk naik ojek dari basecamp sampai dipos 1 seharga 25.000. Ini merupakan pengalaman pertama saya naik ojek gunung, dan dibuat kaget karena bonceng depan. Awal pertama naik ojek biasa aja, tapi setelah melewati tikungan dan tanjakan membuat saya takut karena penerangan jalan hanya dari lampu motor saja. Sekitar 15 menit bersitegang dengan ojek gunung, akhirnya kami semua sampai dipos 1. Pada saat itu banyak yang melakukan pendakian pada malam hari, kemungkinan sama seperti kami terjebak di kemacetan saat upacara 17 agustus. Sebelum melanjutkan perjalanan kami semua berdoa untuk diberikan kelancaran dalam pendakian. Menuju pos 2 trek yang kami lalui berpasir dan menanjak. Karna kami melakukan pendakian dimalam hari, kami tidak melihat pemandangan dan berfokus pada jalan yang dilalui agar tidak tersasar atau bahkan terjatuh dijurang. Malam itu cuaca sangat dingin, angin membawa pasir-pasir masuk disela-sela sendal terasa begitu dingin. Perjalanan menuju pos 2 terasa panjang, berkali-kali kami beristirahat tapi pos 2 pun tidak terlihat. setelah 3 jam lebih perjalanan barulah kami sampai di pos 2 dan beristirahat disana.
Di Pos 2 angin bertiup cukup kencang membawa butiran pasir, kami pun beristirahat dan membuat minuman untuk menghangatkan tubuh. Setelah cukup lama beristirahat kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pestan (Pasar Setan). Trek yang kami lalui masih sama seperti trek menuju pos 2 berpasir dan menanjak dan beberapa pohon besar di kanan kirinya. Sekitar 30 menit perjalanan sampailah kami di pestan. Karna waktu semakin malam, kami hanya beristirahat sejenak dipestan kemudian dilanjutkan menuju Pasar Watu. Menuju pasar watu track semakin menanjak, kurang lebih 2 jam perjalanan untuk kami sampai di Pasar Watu dan membuka tenda. Kami membuka tenda dan camp di pasar watu pukul 03:00 wib dengan tangan, kaki gemetar menahan dinginnya angin saat musim kemarau. Kamipun tertidur pulas dan bangun di jam 07:00 pagi untuk melihat indahnya pemandangan pagi. Kami bukan seperti kebanyakan pendaki lainnya yang mengejar summit atau sunrise diketinggian. Setelah sarapan dan membawa perbekalan, kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak Sumbing pada pukul 11:00 wib.
Untuk menuju puncak sumbing, kami harus melewati Watu Kotak. menuju watu kotak jalan yang kami lalui berupa tanah padat dan menanjak. Banyak pepohonan yang kami temui menuju watu kotak. Setelah 3 jam perjalanan sampailah kami diwatu kotak. Di watu kotak kami hanya beristirahat sejenak dan melanjutkan kembali menuju puncak sumbing (buntu). Trek yang kami lalui berupa tanah padat dan bebatuan yang cukup besar kemudian terus menanjak. Disaat perjalanan menuju puncak, kaki sayapun keram karena sudah letih berjalan dan tidak melakukan pemanasan saat menuju puncak. Perjalanan kami jadi semakin melambat, air pun sudah hampir abis tetapi puncak pun belum terlihat keberadaannya. Sekitar 2 jam perjalanan dengan lika-liku drama pendakian akhirnya sampailah kami di puncak sumbing pada tanggal 18 agustus 2018.
Sesampainya dipuncak kami merasa senang dan beristirahat cukup lama disana, hingga menunggu matahari terbenam barulah kami turun menuju tempat camp. Karena persediaan makanan dan minuman kami habis, selama turun dari puncak kami tidak beristirahat. Kami terus berjalan turun, hingga pada pukul 19:00 wib saat adzan isya berkumandang kami beristirahat. Setelah cukup lama beristirahat, kaki dan tangan mulai bergetar karena menahan lapar dan dingin. Beruntunglah kami karna pada saat hujan turun cukup deras dan angin bertiup kencang kami menemukan warung yang sudah tutup, sehingga kami bisa berteduh dan menunggu didalam warung tersebut. Kurang lebih 30 menit menunggu hujan dan anginnya pun berhenti. Kami pun segera kembali ke tempat camp untuk membuat makan malam. Setelah cukup makan dan bercerita kami pun tertidur. Hingga pagi tiba kami membuat makan untuk sarapan dan prepare untuk kembali kerumah.
Saat turun menuju basecamp garung, kami sangat takjub dengan trek yang akan kami lalui. Karena ternyata trek yang kami lalui begitu extream. Saat awal mendaki malam kami tidak merasakan ekstreamnya tanjakan Engkol-Engkolan. Kemudian saat turun di Engkol-Engkolan saya dan emma turun dengan cara merosot atau seperti sedang bermain perosotan. Kami sangat menikmati proses menuju basecamp garung sehingga tak terasa kurang lebih 4 jam kami sampai di pos 1. Kemudian sebagian dari kami naik ojek untuk sampai ke basecamp. Saya dan enggar berjalan kaki menuju basecamp tapi saat itu carier saya sudah dibawa oleh ojek. Menuju basecamp banyak terlihat hamparan tembakau yang sedang dijemur oleh para penduduk. Dengan berjalan saya menjadi tahu bahwa para penduduk sekitar sebagian bermata pencaharian sebagai petani tembakau dan kopi, penduduk disana pun sangat ramah karena walaupun mereka tidak mengenal saya dan begitupun sebaliknya tapi mereka tetap menyapa.
Itulah sedikit pengalaman di Gn.sumbing yang bisa saya ceritakan, semoga dapat menginspirasi kalian untuk menjelajah alam dan mencintainya.
Kemudian jangan lupa untuk tetap membaca jurnal ekspedisi amatiran ini.
Jangan ambil apapun selain foto, Jangan tinggalkan apapun selain kenangan dan jangan lupa setelah membaca tinggalkan like, komen serta share jika menurut kalian bermanfaat.
See u,
Gracias por leer nuestro diario :)
terima kasih telah membaca jurnal ini :)
(18 agustus 2018)
Hola sobat juri, Pie kabare? apek-apek bae toh?
Karna jurnal ekspedisi kemarin Gn. Sindoro, kali ini saya akan membahas kembarannya.
Seperti biasa, sebelum menjurnal saya akan menceritakan sedikit Tentang Gn Sumbing.
Gn. Sumbing dan Gn. Sindoro letaknya saling berhadapan, Tinggi serta Kondisi alam gunung tersebut pun hampir sama sehingga masyarakat menyebutnya sebagai gunung kembar. Namun bagi para pendaki, Gn. Sumbing treknya lebih berat daripada Gn. Sindoro dikarenakan kemiringannya yang terjal dan rutenya lebih panjang. Gn. Sumbing merupakan Gn. Api yang terdapat di Jawa Tengah, gunung tertinggi ke tiga setelah Gn. Semeru dan Gn. Slamet dengan ketinggian puncak 3371 mdpl. Secara administratif Gn. sumbing terletak pada tiga wilayah kabupaten, yaitu Magelang, Temanggung dan Wonosobo. Terdapat beberapa jalur untuk menuju puncak Gn. Sumbing antara lain :
1. Jalur via Garung
2. Jalur via Bowongso
3. Jalur via Cepit
4. Jalur via Lamuk
5. Jalur via Banaran
6. Jalur via Butuh Kaliangkrik
7. Jalur via Mangli Kaliangkrik
dari semua jalur pendakian, jalur via Garung lah yang menjadi favorit bagi para pendaki. Gn. Sumbing memiliki dua puncak yaitu Puncak Buntu (Sumbing) dan puncak Sejati (Rajawali).
puncak sumbing sumber.foto pribadi
Estimasi ekspedisi puncak Sumbing via Garung :
Basecamp - Pos 1 Malim : 15 menit ojek / 3 jam jalan kaki.
Pos 1 Malim - Pos 2 Getakan : 3 jam
Pos 2 Getakan - Pestan : 20 menit
Pestan - Pasar Watu : 1,5 jam
Pasar Watu - Watu Kotak : 3 jam
Watu Kotak - Puncak : 1 jam
*naik ojek bayar 25.000 - 35.000
Transportasi dari Jakarta - Basecamp Garung :
Bus + Elf :
Jakarta - Wonosobo : 85.000 - 110.000
Wonosobo - Basecamp Garung : 15.000 - 25.000
Kereta + Elf/Sewa Mobil :
Jakarta - Jogja : 74.000 - 140.000
Jogja - Basecamp : 50.000 - 70.000
Setelah saya ceritakan sedikit tentang Gn. Sumbing beserta Estimasi Perjalanan dan Transportasinya, sekarang saya akan menceritakan jurnal ekspedisi saya menuju Puncak Gn. Sumbing 3371 mdpl.
Saya bersama lima teman saya yaitu emma, rei, dili, enggar dan rudi melakukan perjalanan dari Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2018. Kami berkumpul di terminal bus Damri kemayoran untuk menuju terminal bus Wonosobo pukul 18:00 wib. Lebih dari 15 jam perjalanan akhirnya kami sampai di terminal bus Wonosobo (Mendolo) dan kemudian dilanjutkan dengan naik mobil elf menuju basecamp Garung. Sekitar pukul 6 sore kami baru sampai di basecamp Garung karena perjalanan terhambat oleh upacara bendera pada tgl 17 agustus. Sesampainya di basecamp kami segera daftar simaksi seharga 15.000. Sebelum pendakian, kami singah diwarung untuk mengisi tenaga dan cek kembali peralatan sekiranya ada yang kurang. Karena kami tidak punya banyak waktu, jadilah kami melakukan pendakian pada malam hari yaitu pada pukul 19:00 wib setelah solat isya.
Untuk menghemat tenaga dan waktu, kami sepakat untuk naik ojek dari basecamp sampai dipos 1 seharga 25.000. Ini merupakan pengalaman pertama saya naik ojek gunung, dan dibuat kaget karena bonceng depan. Awal pertama naik ojek biasa aja, tapi setelah melewati tikungan dan tanjakan membuat saya takut karena penerangan jalan hanya dari lampu motor saja. Sekitar 15 menit bersitegang dengan ojek gunung, akhirnya kami semua sampai dipos 1. Pada saat itu banyak yang melakukan pendakian pada malam hari, kemungkinan sama seperti kami terjebak di kemacetan saat upacara 17 agustus. Sebelum melanjutkan perjalanan kami semua berdoa untuk diberikan kelancaran dalam pendakian. Menuju pos 2 trek yang kami lalui berpasir dan menanjak. Karna kami melakukan pendakian dimalam hari, kami tidak melihat pemandangan dan berfokus pada jalan yang dilalui agar tidak tersasar atau bahkan terjatuh dijurang. Malam itu cuaca sangat dingin, angin membawa pasir-pasir masuk disela-sela sendal terasa begitu dingin. Perjalanan menuju pos 2 terasa panjang, berkali-kali kami beristirahat tapi pos 2 pun tidak terlihat. setelah 3 jam lebih perjalanan barulah kami sampai di pos 2 dan beristirahat disana.
Di Pos 2 angin bertiup cukup kencang membawa butiran pasir, kami pun beristirahat dan membuat minuman untuk menghangatkan tubuh. Setelah cukup lama beristirahat kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pestan (Pasar Setan). Trek yang kami lalui masih sama seperti trek menuju pos 2 berpasir dan menanjak dan beberapa pohon besar di kanan kirinya. Sekitar 30 menit perjalanan sampailah kami di pestan. Karna waktu semakin malam, kami hanya beristirahat sejenak dipestan kemudian dilanjutkan menuju Pasar Watu. Menuju pasar watu track semakin menanjak, kurang lebih 2 jam perjalanan untuk kami sampai di Pasar Watu dan membuka tenda. Kami membuka tenda dan camp di pasar watu pukul 03:00 wib dengan tangan, kaki gemetar menahan dinginnya angin saat musim kemarau. Kamipun tertidur pulas dan bangun di jam 07:00 pagi untuk melihat indahnya pemandangan pagi. Kami bukan seperti kebanyakan pendaki lainnya yang mengejar summit atau sunrise diketinggian. Setelah sarapan dan membawa perbekalan, kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak Sumbing pada pukul 11:00 wib.
pasar watu. sumber.foto pribadi
menuju watu kotak. sumber foto pribadi
Untuk menuju puncak sumbing, kami harus melewati Watu Kotak. menuju watu kotak jalan yang kami lalui berupa tanah padat dan menanjak. Banyak pepohonan yang kami temui menuju watu kotak. Setelah 3 jam perjalanan sampailah kami diwatu kotak. Di watu kotak kami hanya beristirahat sejenak dan melanjutkan kembali menuju puncak sumbing (buntu). Trek yang kami lalui berupa tanah padat dan bebatuan yang cukup besar kemudian terus menanjak. Disaat perjalanan menuju puncak, kaki sayapun keram karena sudah letih berjalan dan tidak melakukan pemanasan saat menuju puncak. Perjalanan kami jadi semakin melambat, air pun sudah hampir abis tetapi puncak pun belum terlihat keberadaannya. Sekitar 2 jam perjalanan dengan lika-liku drama pendakian akhirnya sampailah kami di puncak sumbing pada tanggal 18 agustus 2018.
jalan menuju punccak. sumber foto pribadi
menuju puncak, kaki keram.
Sesampainya dipuncak kami merasa senang dan beristirahat cukup lama disana, hingga menunggu matahari terbenam barulah kami turun menuju tempat camp. Karena persediaan makanan dan minuman kami habis, selama turun dari puncak kami tidak beristirahat. Kami terus berjalan turun, hingga pada pukul 19:00 wib saat adzan isya berkumandang kami beristirahat. Setelah cukup lama beristirahat, kaki dan tangan mulai bergetar karena menahan lapar dan dingin. Beruntunglah kami karna pada saat hujan turun cukup deras dan angin bertiup kencang kami menemukan warung yang sudah tutup, sehingga kami bisa berteduh dan menunggu didalam warung tersebut. Kurang lebih 30 menit menunggu hujan dan anginnya pun berhenti. Kami pun segera kembali ke tempat camp untuk membuat makan malam. Setelah cukup makan dan bercerita kami pun tertidur. Hingga pagi tiba kami membuat makan untuk sarapan dan prepare untuk kembali kerumah.
puncak gn. sumbing 3371mdpl sumber foto pribadi
Saat turun menuju basecamp garung, kami sangat takjub dengan trek yang akan kami lalui. Karena ternyata trek yang kami lalui begitu extream. Saat awal mendaki malam kami tidak merasakan ekstreamnya tanjakan Engkol-Engkolan. Kemudian saat turun di Engkol-Engkolan saya dan emma turun dengan cara merosot atau seperti sedang bermain perosotan. Kami sangat menikmati proses menuju basecamp garung sehingga tak terasa kurang lebih 4 jam kami sampai di pos 1. Kemudian sebagian dari kami naik ojek untuk sampai ke basecamp. Saya dan enggar berjalan kaki menuju basecamp tapi saat itu carier saya sudah dibawa oleh ojek. Menuju basecamp banyak terlihat hamparan tembakau yang sedang dijemur oleh para penduduk. Dengan berjalan saya menjadi tahu bahwa para penduduk sekitar sebagian bermata pencaharian sebagai petani tembakau dan kopi, penduduk disana pun sangat ramah karena walaupun mereka tidak mengenal saya dan begitupun sebaliknya tapi mereka tetap menyapa.
Itulah sedikit pengalaman di Gn.sumbing yang bisa saya ceritakan, semoga dapat menginspirasi kalian untuk menjelajah alam dan mencintainya.
Kemudian jangan lupa untuk tetap membaca jurnal ekspedisi amatiran ini.
Jangan ambil apapun selain foto, Jangan tinggalkan apapun selain kenangan dan jangan lupa setelah membaca tinggalkan like, komen serta share jika menurut kalian bermanfaat.
See u,
Gracias por leer nuestro diario :)
terima kasih telah membaca jurnal ini :)
(18 agustus 2018)
Komentar
Posting Komentar